Potensi Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Antibiotik Alami

            Jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), dan lengkuas (Languas galanga). Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate) (Warintek, 2011).

Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-

2.000 m dpl dengan curah hujan 2000 mm pertahun, pada tanah yang gembur, subur dan cukup banyak mendapat sinar matahari. Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu (Warintek, 2011).

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, felandren. Disamping itu terdapat juga pati, damar, asam-asam organik seperti asam malat dan asam oksalat, Vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Secara farmakologi, jahe memiliki banyak manfaat antara lain sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu (Warintek, 2011).

Tumbuhan keluarga Zingiberaceae mengandung flavonoid yang dapat berperan sebagai antioksidant yang dapat melindungi lemak pakan dari kerusakan oksidatif seperti antioksidan yang biasa digunakan dalam pakan seperti α-tocopheryl acetate atau butylated hydroxytoluene (Windisch et al., 2008). Ekstrak jahe dapat menghambat pertumbuhan bakteri B. cereus dengan MlC (Minimum Inhibitory Concentration) sebesar 165- 660 mg (Alzoreky & Nakahara, 2003). Eksrak jahe mempunyai efek antibakteri baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif seperti Clostridium, Listeria, Enterococcus dan Staphylococcus tetapi efek ini akan rusak oleh pemanasan. Ekstrak jahe tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap S. typhimurium sehingga jahe tidak dapat berfungsi sebagai antibakteri terhadap bakteri S. typhimurium (Wiryawan et al., 2005).

referensi

Alzoreky,  N.S. & K. Nakahara. 2003. Antibacterial activity of extracts from some edible plants commonly consumed in Asia. Int. J. Food Microbiol . 80: 223 -30.

Warung Informasi dan Teknologi. 2011. Jahe (Zingiber officinale). http://www.warintek.ristek.go.id. [25 Juni 2011]

Windisch, W., Schedle, K., Plitzner C. & Kroismayr, A. 2008. Use of phytogenic products as feed additives for swine and poultry. J. Anim. Sci. 86:E140-E148.

Wiryawan, K. G., Suharti, S. & Bintang, M. 2005. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih terhadap Salmonella typhimurium serta Pengaruh Bawang Putih terhadap Performans dan Respon Imun Ayam Pedaging. Med. Pet. 22 : 52-62.

Leave a comment