laporan praktikum IPN 8 ( uji tannin )

Laporan Praktikum ke : 8                                      Hari / Tanggal : Senin / 10 Mei 2010

Integrasi Proses Nutrisi                                         Tempat           : Laboratorium Biokimia,

Fisiologi dan Mikrobiologi

Asisten            : – Dicky Zulharman

TANNIN

Intan Nursiam

D24080094

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berbagai macam antinutrisi atau senyawa toksik terdapat pada berbagai biji cereal, biji legume dan tanaman lainnya. Sebagian besar zat kimia ini mengandung unsure normal dengan komposisi kimia bervariasi ( seperti protein, asam lemak, glycoside, alkoid ) yang bisa didistribusikan seluruhnya atau sebagian ke tanaman.

Beberapa senyawa bisa menjadi tidak aktif dengan berbagai proses seperti pencucian, perebusan atau pemanasan. Apabila panas digunakan untuk menginaktifkan senyawa antinutrisi perllu dipertimbangkan agar tidak kualitas nutrisi bahan makanan, tetapi ada beberapa kejadian kalau digunakan panas ekstrim bisa juga berperan untuk membentuk senyawa toksik.

Adanya senyawa anti nutrisi dalam ransum, karena senyawa antinutrisi ini akan menimbulkan pengaruh yang negative terhadap pertumbuhan dan produksi dosis yang masuk kedalam tubuh. Penggunaan bahan makanan yang mengandung anti nutrisi harus diolah terlebih dahulu untuk menurunkan atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu dipertimbangkan nilai ekonomis dari pengolahan ini.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan tannin di dalam hijauan pakan ternak serta untuk mengetahui senyawa yang mampu beriakatan dengan tannin.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanin

Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dengan berat molekul antara 500-3000, tannin bisa mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin lebih mudah terhidrolisis secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acasia Spp. Condensed tannin paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung condensed tannin terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makin tinggi. Beberapa bahan makanan dalam ransum unggas mengandung sejumlah condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed, fava bean, dan beberapa biji yang mengandung minyak. Bungkil biji kapuk mengansung condensed tannin 1,6 % BK sedangkan barley, triticale dan bungkil kedele mengandung tannin 0,1 % BK. ( Hermana, 2007 ).

Lamtoro

Tanaman lamtoro telah banyak ditanam diberbagai daerah di Indonesia, pemanfaatan daun lamtoro sebagai pakan ternak sudah tidak asing lagi. Hal ini karena daya kecernaan dan palatabilitas tinggi yang didukung dengan produksi yang tinggi serata kemampuan menghasilkan daun yang tinggi meskipun pada musim kemarau (Leeson,2001).

Menurut NRC(1994) kandungan nutrisi daun lamtoro cukup tinggi yaitu 24,77% protein, 1,7% abu, 3,86% lemak, 14,26% SK, 39,53% BETN, 1,57 Ca dan 0,285%P. Namun di beberapa tempat lamtoro juga mengandung toksin dan pemberian dalam jumlah banyak akan mengakibatkan keracunan, tetapi dengan pengolahan yang baik pemberian lamtoro mampu meningkatkan produksi ternak.

Daun Gamal (Glicirida sepium )

Gamal merupakan salah satu jenis tanaman atau leguminosa pohon yang sering digunakan sebagai pohon pelindung tanaman kakao. Tanaman leguminosa merupakan hijauan pakan yang produksinya berkesinambungan dan memiliki nilai lebih dalam kandungan protein, mineral danvitamin sehingga dapat mengatasi kendala ketersediaan pakan sepanjang tahun. Gamal mempunyai kualitas yang bervariasi tergantung pada umur, bagian tanaman, cuaca dan genotif. Kandungan proteinnya sekitar 18,8%, diman kandungan protein ini akan menurun dengan bertambahnya umur, namun demikian kandungan serat kasarnya akan mengalami peningkatan. Palabilitas daun gamal merupakn masalah karena adanya kandungan antinutrisi flavano 1-3,5% dan total phenol sekitar 3-5% berdasarkan berat kering. Ruminansia yang tidal biasa mengkonsumsi dasun gamal umumnya tidak akan memakannya untuk yang pertama kali bila dicampurkan pada ransum. Dalam pemberiaannya sebaiknya dilayukan dulu. Kecernaan bahan kering daun gamal adalah 48-77%.( Nahrowi,2008 ).

Pemanfaatan daun gamal sebagai sumber pakan ruminansia sangat memungkinkan dan beralasan, mengingat tanaman gamal dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kurang subur, tahan terhadap kekeringan dan produksi hijauan tinggi. Daun gamal dapat dimanfaatkan sebagai pakan basal ternak kambing maupun pakan campuran melalui proses pelayuan. Meski demikian, pemanfaatan daun gamal semata-mata ternyata belum mampu menunjukkan tingkat produktivitas ternak yang baik. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh tidak tercukupinya unsur-unsur nutrisi yang penting, adanya zat anti nutrisi utamanya saponin dan rendahnya palatabilitas. Oleh karena itu dibutuhkan suatu teknologi untuk mengoptimalkan produktivitas ternak melalui upaya suplementasi pakan. [http:// disnaksulsel .info / index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=21&mosmsg=You+are+trying+to+access+from+a+non-authorized+domain.+%28www.google.co.id%29 ( 11 Mei 2010)].

Daun Kaliandra

Kaliandra merupakan tanaman yang sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Proteinnya cukup tinggi terutama daunnya yaitu sekitar 24%, sedangkan serat kasarnya sekitar 27%. Umumnya tidak mengandung racun, kecuali adanya tannin yang cukup tinggi yang bisa mencapai 11%. ( Nahrowi,2008 ). Penanaman kaliandra pada tanah-tanah yang kurang produktif dapat menekan pertumbuhan gulma. Selain itu tanaman ini dapat digunakan sebagai tanaman penahan erosi dan penyubur tanah. Daun kaliandra mudah dikeringkan dan dapat dibuat sebagai tepung makanan ternak kambing. Kaliandra mengandung protein kasar 22,4%, lemak 4,1%, energi kasar 46,30 kkal/kg, SDN 24,0%, lignin 1995,0%, Ca 1,6% dan P 0,2% [http://kambingetawa.blogspot.com/2008_03_01_archive.html (11 Mei 2010)]. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh negatif tanin tersebut adalah melalui cara pencampuran daun kaliandra dengan daun dari jenis leguminosa lain pada imbangan yang tepat. Selain itu pengaruh negatif tanin dapat dikurangi dengan pemberian zat aditif [http: //www .fao. org/ agris /search /display .do;jsessionid =86703C9CAC8A8F968B3BB2B2D1B459D8?f=./2005/ID/ID0408.xml;ID2004000712 ( 11 Mei 2010)].

Daun Kembang Sepatu

Tanaman kembang sepatu ini sekitar 2 m – 5 m. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Tanaman ini bisa bisa tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Kembang sepatu ini memiliki lima helai daun kelopak. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari.  Bunga kembang sepatu ini berbentuk terompet dengan diameter bunga sekitar 5 cm hingga 20 cm. Bunganya bisa mekar menghadap ke atas, ke bawah, atau menghadap ke samping. Pengembangbiakan tanaman kembang sepatu ini bisa dengan cara stek, pencangkokan, dan penempelan. Daun Kembang Sepatu  (Hibiscus Rosa Sinensis) mengandung : Flavonoida, Saponin & Polifenol [http: //www. bisnisbali.com /2008 /05/05 /news /agrohobi/yu.htm(11 Mei 2010)].

Daun Lamtoro ( Leucana leucocephala )

Lamtoro mempunyai kandungan protein kasar berkisar antara 14-19%, sedangakan kandungan serat kasar umumnya berfliktuasi dari 33 hingga 66%, dengan kandungan Beta-N berkisar antara 35-44%. Daun lamtoro umumnya defisiensi asam amino yang mengandung sulfur. Kandungan vitamin A dan C biasanya tinggi. Biji dan daun lamtoro mengandung glactomannan yang dapat membentuk ekstrasi protein dari kemungkinan penggunaannya oleh ternak. Zat ini mungkin mempunyai potensi sebagai bahan biomedical. ( Nahrowi,2008 ).

Putih Telur

Putih telur segar dipandang sebagai sistem protein yang terdiri dari serat ovomucin di dalam larutan aquaeus yang banyak mengandung protein (Feeney, 1964). Ovomucin, dengan kandungan karbohidrat sekitar 10%, merupakan protein yang paling umum ditemukan di lapisan tengah albumen. Ovomucin hanya dapat larut dalam larutan alkali (Powrie, 1981).

Albumen atau lazimnya disebut putih telur merupakan protein globular yang tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Molekul air mudah menerobos ke ruang-ruang kosong dalam molekul protein. Protein globular dapat terdispersi dengan baik dalam air atau larutan garam, membentuk koloid, serta terpengaruh oleh asam, alkali dan panas (Gaman dan Sherrington, 1992). Rasyaf (1985) menyatakan terdapat lima jenis protein dalam putih telur yakni ovalbumin, ovomukoid, ovomusin, ovokoalbumin, dan ovoglobulin.

Kandungan protein putih telur ayam 12% protein (Buckle et al., 1987), bebek 11%, sedangkan puyuh 10,3 % secara keseluruhan bersama kuning telurnya (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981 dalam Sarwono, 1994). Menurut Stadelman dan Cotteriil, dalam Ratnasari, 2007) Putih telur terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan encer bagian luar (23,3%) lapisan kental (57,3%) lapisan encer dalam (16,8%) dan kalaza (2,7%).

Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat morganik utama yang terdapat dalam tumbuhan. Dan biasanya mewakili 50-75% dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak. Sebagian besar dapat dalam biji, buah, dan akar. Kelompok karbohidrat yang tersedia adalah monosakarida (glukosa, fruktosa, manosa), disakarida dan oligosakarida (sukrosa, laktosa, trehalosa, maltosa) (Anggordi, 1973).

Pengujian kualitatif karbohidrat dilakukan dengan uji molish (uji umum) untuk mengetahui kandungan senyawa hidroksi metil furfural, uji benedict untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Uji yang terakhir adalah dengan uji iod untuk mengetahui kandungan pati suatu bahan makanan.

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber ribosa untuk sintesis DNA dan RNA, serta dapat diubah menjadi asam amino non esensial (Lehninger, 1993). Karbohidrat merupakan sumber energi utama pada sebagian besar hewan herbivor atau omnivor (Gallego et al., 1994).

Karbohidrat adalah zat-zat organik yang mengandung zat karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam perbandingan yang berbeda-beda. Zat hidrogen dan oksigen biasanya terdapat dalam karbohidrat dalam perbandingan yang sama seperti dalam air.

Karbohidrat adalah zat morganik utama yang terdapat dalam tumbuhan. Dan biasanya mewakili 50-75% dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak. Sebagian besar dapat dalam biji, buah, dan akar. Kelompok karbohidrat yang tersedia adalah monosakarida (glukosa, fruktosa, manosa), disakarida dan oligosakarida (sukrosa, laktosa, trehalosa, maltosa) (Anggordi, 1973).

Secara garis besar karbohidrat terbagi menjadi 3 kelompok;

  1. monosakarida, terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana.
  2. disakarida, senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dpt dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida.

polisakarida, senyawa yg terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yg banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida.

Pati

Pati merupakan polisakarida, polisakarida terdiri dari pati dan selulosa bedanya pati dengan selulosa, pati merupakan polimer dari alfa-D-glukosa, sedangkan selulosa unit 2-beta-glukosa. Hal ini menujukan bahwa pati lebih mudah dicerna dibandingkan dengan selulosa.(McDonald, 1995).

Pati merupakan homopolimer glukosa yang tersusun oleh paling sedikit tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin, dan bahan antara seperti lipid dan protein. Umumnya pati mengandung 15-30 % amilosa, 70-85 % amilopektin, dan 5-10 % bahan antara (Greenwood, 1975). Pati juga merupakan salah satu jenis polisakarida terpenting dan tersebar luas di alam. Pati disimpan sebagai cadangan ranmakanan bagi tumbuh-tumbuhan, antara lain dalam biji buah (padi, jagung, gandum), di dalam umbi (ubi kayu, ubi jalar, talas, ganyong, kentang) dan pada batang (aren dan sagu) (Fennema, 1976).

Sukrosa

Sukrosa merupakan kelompok oligosakarida yang bukan termasuk ke dalam kelompok gula pereduksi karena tidak mempunyai gugus OH (hidroksi) yang reaktif.  Jenis gula ini mudah di dapatkan, sehingga sering digunakan dalam pengolahan bahan pangan (deMAn, 1992).  Jenis gula yang sering digunakan dalam pengolahan bahan pangan selain sukrosa adalah dekstrosa, sirup fruktosa jagung, fruktosa dan glukosa (Astawan, 2002).  Sukrosa tersusun dari a-D-glucopyranosyl dan b-D-fruktofuranosyl yang saling berikatan (Fennema, 1996).  Adapun struktur sukrosa yaitu mempunyai ikatan yang unik sehingga bersifat labil dalam medium asam dan hidrolisis asam terjadi lebih cepat daripada hidrolisis oligosakarida yang lain. Pemanasan sukrosa di atas suhu > 210oC akan terjadi proses karamelisasi (deMan. 1992).

Peningkatan kelarutan dengan penambahan sukrosa diduga disebabkan sukrosa terurai menjadi glukosa dan fruktosa.  Glukosa yang terbentuk mempunyai gugus hidroksil yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air (Gamman dan Sherrington, 1990).  Fungsi lain dari sukrosa adalah untuk membangkitkan rasa manis ke dalam minuman yang secara sengaja ditambahkan sekaligus berperan sebagai sumber energi. (Astawan, 2002).

Sukrosa dapat memberikan energi, tetapi bukan merupakan zat gizi yang esensial.  Konsumsi sukrosa yang tinggi akan menyebabkan kardiovaskuler atau diabetes (Yudkin, 1969; Grande, 1974).  Tidak adanya zat gizi esensial pada sukrosa akan membawa kita pada anggapan bahwa sukrosa “kosong kalori”.  Sukrosa ditemukan dalam ubi manis atau gula tebu dan tiap molekul mengandung satu molekul glukosa (dekstrosa) dan satu fruktosa (levulosa).  Sukrosa rasanya sangat manis dan lazimnya digunkan untuk membuat manisan bahan makanan, terdapat dalam buah-buahan yang telah masak dan getah pohon (Anggordi, 1985).

Gula merupakan senyawa organik penting dalam bahan makanan karena gula dapat mudah dicerna di dalam tubuh menghasilkan kalori. Selain itu juga berfungsi sebagai pengawet makanan. Sukrosa merupakan senyawa kimia disakarida yang tergolong ke dalam karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air. Bahan yang mengandung sukrosa antara lain adalah tebu dan bit (Winarno, 1991).

Sukrosa memiliki sifat mudah larut dalam air dan kelarutannya akan meningkat dengan adanya pemanasan. Titik leleh sukrosa adalah pada suhu 160 C dengan membentuk cairan yang jernih, namun pada pemanasan selanjutnya akan berwarna coklat atau dikenal dengan proses browning (Buckle, 1987).

Glukosa

Glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Proses respirasi memerlukan glukosa, sedangkan fotosintesis menghasilkan glukosa. Glukosa berwujud padatan berwarna putih dan meleleh pada suhu 146oC (Wikipedia, 2005). Struktur glukosa umumnya berbentuk kursi siklik dan hanya 0,02% berbentuk rantai lurus. Hal ini dikarenakan karbohidrat memiliki gugus fungsi alkohol dan aldehida atau keton sehingga struktur rantai lurus mudah berkonversi menjadi bentuk kursi siklik atau struktur cincin hemiasetal (Ophardt, 2003).

Struktur cincin hemiasetal dapat terbentuk melalui dua cara yang berbeda, yaitu yang menghasilkan glukosa-α (alfa) dan –β (beta). Secara struktural, glukosa-α (alfa) dan –β (beta) berbeda pada gugus hidroksil yang terikat pada karbon pertama. Bentuk α gugus hidroksilnya berada di bawah hidrogennya, sedangkan bentuk β gugus hidroksilnya berada di atas hidrogennya.

Glukosa memiliki gugus hidroksil sehingga dapat mengalami reaksi esterifikasi, yaitu asetilasi glukosa dengan menggunakan anhidrida asetat. Reaksi tersebut dapat dipercepat dengan kehadiran suatu katalis asam Lewis, misalnya ZnCl2. Proses asetilasi bertujuan mensubstitusi gugus hidroksil dari glukosa dengan gugus asetil dari anhidrida asetat sehingga terbentuk glukosa pentaasetat (GPA). Reaksi asetilasi adalah reaksi eksoterm sehingga suhu harus dijaga tetap rendah supaya tidak terjadi karamelisasi glukosa. GPA yang dihasilkan merupakan estar glukosa berupa padatan berwarna putih, titik leleh 112-113 oC, tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam etanol dan kloroform (Sari, 2006).

MATERI DAN METODE

Materi

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu berupa daun kaliandra, daun kembang sepatu, daun gamal, daun lamtoro, daun akasia, daun singkong serta daun teh hijau dan hitam. Alat yang digunakan larutan FeCl3, larutan NaOH, larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1% , pati 1%, xylosa dan xylan 1%, susu skim, sari kedelai, telur ayam, larutan CuSO4 1%.

Prosedur

Pertama-tama semua daun digerus kemudian ditimbang kira-kira 2 gram untuk masing-masing daun, ditambahkan 100ml air panas dan di didihkan selama 5 menit, kemudian disaring dengan menggunakan corong dan kampas. Filtrat dari masing-masing daun diambil untuk percobaan sedangkan ampasnya dibuang.

–    Uji Tanin

Lima ml filtrat daun kaliandra diambil dan dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambah dengan larutan FeCl3. Jika berubah warna menjadi hitam kehijauan bearti menunjukan  adanya tanin. Perlakuan ini dilakukan pada setiap daun.

–   Uji Kunion

Lima ml filtrat dari masing-masing daun dimasukan dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan larutan NaOH. Jika warna yang terbentuk merah menunjukan adanya tanin.

–     Uji pengikatan senyawa protein

Lima  ml filtrat dari masing-masing daun dimasukan dalam tabung reaksi ditambah dengan 1 ml susu sapi, dengan cara yang sama dilakukan pula pada penambahan protein yang berbeda yaitu dengan telur, kemudian diamati endapan yang terjadi.

–    Uji pengikatan senyawa Karbohidrat

Lima ml filtrat dari masing-masing daun dimasukan dalam tabung reaksi ditambah dengan larutan glukosa 1%, denagn cara yang sama setiap masing-masing daun ditambahkan pula larutan sukrosa 1% dan laktosa1%. Kemudian dibandingkan dengan percobaan diatas.

–    Uji pengikatan senyawa Mineral

Lima  ml filtrat dari masing-masing daun dimasukan dalam tabung reaksi ditambah dengan larutan CuSO4 sebanyak 1-2 tetes, dilakukan hal yang sama denagn perlakuan yang berbeda yaitu dengan meneteskan larutan KCl. Setelah melakukan uji pengikatan atau pengendapan maka hasil yang didapat dibandingkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Pengamatan uji tanin
No Filtrat daun + 1 ml FeCl Perubahan warna
1. Calliandra +++
2. Daun singkong ++
3. Teh hitam +++
4 Teh hijau ++
5 Daun kembang sepatu +
6 Daun lamtoro ++++
7 Gamal ++
8. Acasia +

Keterangan :

–           : jernih                                                 +++     : pekat

+          : keruh                                                 ++++   : sangat pekat

++        : agak pekat

  1. Pengamatan uji kuinon
No filtrat daun + 1 ml NaOH Perubahan warna
1. Calliandra
2. Daun singkong
3. Teh hitam ++++
4. Daun kembang sepatu
5 Gamal
6 Acasia
7 Teh hijau +++
8 Lamtoro

Keterangan :

–          : jernih                                           +++     : merah

+    : kemerah-merahan                        ++++   : sangat merah

++  : agak merah

  1. Pengamatan uji pengikatan protein dari putih telur dan susu
No Sampel daun Sampel protein
Telur Susu skim Sari kedele
1 Teh hitam ++ ++++ +++
2 Teh hijau ++ ++++ ++
3 Akasia ++ ++++ +++
4 Daun singkong ++ ++++ +++
5 Gamal +++ ++++ +++
6 Kaliandra ++ ++++ +++
7 Kembang sepatu ++ ++++ +++
8 Lamtoro ++ ++++ +++

Keterangan :

–          : tidak ada endapan                             +++     : banyak endapan

+    : sedikit endapan                                 ++++   : sangat banyak endapan

++  : agak banyak endapan

  1. Pengamatan uji pengikatan karbohidrat
No Sampel daun Sampel karbohidrat
Pati Glukosa Fruktosa Sukrosa Xylan Xylosa
1 Teh hitam
2 Teh hijau
3 Akasia
4 Daun singkong
5 Gamal
6 Kaliandra
7 Kembang sepatu
8 Lamtoro

Keterangan :

–          : tidak ada endapan                             +++     : banyak endapan

+    : sedikit endapan                                 ++++   : sangat banyak endapan

++  : agak banyak endapan

  1. Pengamatan uji pengikatan pada mineral
No Sampel daun Sampel mineral
CuSO4 KCl
1 Teh hitam
2 Teh hijau
3 Akasia
4 Daun singkong
5 Gamal
6 Kaliandra
7 Kembang sepatu
8 Lamtoro

Keterangan :

–          : tidak ada endapan                             +++     : banyak endapan

+    : sedikit endapan                                 ++++   : sangat banyak endapan

++  : agak banyak endapan

Pembahasan

Pada pengujian keberadaan tannin pada berbagai hijaun pakan ternak, daun lamtoto diindikasikan memiliki kandungan tannin yang paling tinggi jika dibandingkan dengan hijauan pakan lainnya seperti gamal atau kaliandra. Hal ini dikarenakan kandungan dari protein yang ada di daun lamtoro lebih tinggi dibandingkan dengan kaliandra atau gamal. Kandungan protein kasar dari daun lamtoro berkisar antara 14-19%, sedangkan kandungan protein kasar dari gamal sekitar 18,8%. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kandungan protein pada suatu bahan pakan maka kandungan tannin juga semakin tinggi. Fungsi tannin pada tanaman salah satunya adalah untuk melindungi tanaman tersebut dari gangguan hewan lain.

Pada uji kuinon tidak ditemukan adanya kandungan kuinon pada hijaun pakan yang diujikan. Kuinon ditemukan di teh hijau dan teh hijau. Kandungan kuinon dari teh hitam lebih besar jika dibandingkan dengan teh hijau. Hal tersebut dikarenakan teh hitam mengalami pengolahan terlebih dahulu seperti fermentasi yang mungkin meningkatkan kadar kuinon.

Pengujian ikatan tannin dengan karbohidrat menggunakan beberapa bentuk dari gula seperti pati, glukosa, sukrosa, fruktosa, xylan, dan xylosa. Pada semua contoh filtrat hijuan pakan yang diberi penambahan berbagai jenis gula tidak ditemukan satupun contoh sampel yang mengalami pengendapan. Hal ini menunjukan bahwa tannin tidak bisa mengikat gula baik dalam bentuk apapun.

Uji ikatan tannin dengan protein menggunakan putih telur, susu skim dan sari kedelai sebagai sampel protein yang diujikan. Baik pada penambahan putih telur, susu skim maupun sari kedelai pada filtrate yang diujikan ditemukan endapan disetiap jenis hijauan pakan. Ini menunjukan bahwa tannin memiliki kemampuan untuk mengikat protein. Pada pengujian ikatan tannin dengan mineral tidak ditemukan adanya endapan pada penambahan CuSO4 maupun KCl. Tannin tidak bisa berikatan dengan mineral.

KESIMPULAN

Tannin adalah salah satu bentuk dari zat antinutrisi. Keberadaan tannin dalam tanaman meningkat dengan semakin tingginya kandungan protein dari bahan pakan tersebut. Tannin bisa berikatan dengan protein dan tidak bisa membentuk ikatan dengan karbohidrat atau gula serta tidak bisa membentuk ikatan dengan mineral.

DAFTAR PUSTAKA

[http: //www .fao. org/ agris /search /display .do;jsessionid =86703C9CAC8A8F9- 6B3BB2B2D1B459D8?f=./2005/ID/ID0408.xml;ID2004000712 ( 11 Mei 2010)].

[http: //www. bisnisbali.com /2008 /05/05 /news /agrohobi/yu.htm(11 Mei 2010)].

[http:// disnaksulsel .info / index. php?option =com_ docman &task =cat _ view & gid=21&mosmsg=You+are+trying+to+access+from+a+non-authorized+domain.+%28www.google.co.id%29 ( 11 Mei 2010)].

[http://kambingetawa.blogspot.com/2008_03_01_archive.html (11 Mei 2010)].

Anggordi, R. 1973. Ilmu Makanan Ternak Umum. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

Anggordi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutkhir. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Astawan, M. 2002. Minuman Suplemen, Seberapa Jauh Kita Membutuhkannya?. http//www.Suplemen Sukrosa.html.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Feeney, R. E. 1964. Egg proteins. In: Symposium of Foods: Proteins and their reactions. H. W. Schultz dan A. F. Anglemier (ed.). The Avi Publishing Co., Westport, Conn.

Feeney, R. E., R. B. Silva dan L. R. Mac Donnell. 1951. Chemistry of shell egg deterioration; The deteration of separated components, J. Poultry Sci. 30: 645-660.

Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. 2 nd. Ed. Marcel Dekker Inc, New York.

Gallego, M. G., Bzoca J., Akharbaci H., Suarez M. D., dan Sanz A. 1994. Utilization of different carbohydrates by European eel (Anguilla anguilla). Aquaculture 124: 99-108.

Gaman, P. M dan K. B. Sherrington. 1992. ILMU PANGAN, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi kedua. Terjemahan: Murdijati G., Sri N., Agnes M. dan Sardjono. UGM Press, Yogyakarta.

Gaman, P.M and K.M Sherrington. 1990. The Science of Food. 3th Ed. Pergamon Press. Oxford, New York.

Grande, F. 1974. Sugars In Nutrition. In : HL. Sipple dan Kw. McNutt (ed) PP.407437. Academic Press, New York

Hermana.W. 2007. Pengantar Ilmu Nutrisi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

http://sukarno.web.ugm.ac.id/index.php/category/perunggasan [11 Mei 2010].

Lehninger, A. L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.

Lesson, S and JD Summers. 2001. Nutrition of the Chicken.4th Ed.  University Book. Geulph, Ontario, Canada.

McDonald, P., R. A. Edwards, and J. F. D. Greenhalgh. 1995. Animal Nutrition. 5th Ed, Longman. Scientific and technical John willey and Sons. Inc, New York.

Nahrowi.2008. Pengetahuan Bahan Pakan. Nutri Sejahtra Press. Bogor.

NRC. 1994. Nutrient Requierment of  Poultry. 9th Rev Ed. National Academy Press. Washington, DC.

Ophardt, C. E. 2003. Virtual chembook. http://www.elmhurst.edu. [11 Mei 2010].

Powrie, W. D. 1981. Eggs: Characteristics and Stability of Frozen Egg Products. In: The Freezing Preservation of Foods. D. K. Tressler, W. B. A. Arsdel dan M. J. Copley (ed.). The Avi Publishing Co., Westport, Conn.

Rasyaf, M. 1985. Pengelolaan Produksi Telur. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Sari, Ika. 2006. Sintesis ester glukosa stearat melalui reaksi interesterifikasi dengan metode bebas pelarut. Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wikipedia. 2005. Glucose. http://en.wikipedia.org. [11 Mei 2010].

http://www.depkes.go.id [11Mei 2010].

Yudkin, J. 1969. Dietary Sugar and Coronary Heart Desease. Nutr. News 32: 9-12.

11 Comments

  1. liza

    sangat membantu

    • sama2,,,klo da lap lain boleh tan minta softcoyx biar tan posting d blog

  2. Yth Mbak Intan

    Saya bu Pantiyani, guru biologi SMA 34 Jkt. saya saya senang dengan hasil laporan uji
    tanin ini. Saya sedang meneliti tentang uji tanin bagi manusia yang aplikasinya adalah bahan radikal bebas yang ada disekitar siswa.

    Pertanyaan saya adalah apakah zat tanin ini juga terdapat dalam buah yang matang dan kentang sudah dimasak dan apakh mungkin zat tanin ini juga bisa termakan oleh manusia kemudian apa resikonya.Jawabannya saya tunggu ya.
    Terima kasih
    Bu Pantiyani

    • terimakasih ibu,,maaf sebelumnya saya ini laki2 bu,,,hehehe

  3. ayu

    bagus beth kak,,,,bisa buat sumber kti,,,,,,

  4. olla

    assalammuallaikum k’intan (laki2) ^^

    boleh bertanya? dmna ya jasa uji tanin untuk pakan ternak…
    tengkiu

  5. Hmmm…..ada info toksik dari tanin gx?

    • ada,,pada beberapa kasus tertentu dengan tingkat konsentrasi tannin yang melebihi ambang batas

  6. Yurgen

    Hallo bos Intan. Di sorgum juga kan ada kandungan taninnya, dampaknya terhadap manusia apa? Karena di wilayah kami di NTT, sorgum merupakan salah satu jenis makanan pokok. thx.

    • baik yurgen,, berdasarkan pengalaman shorgum di NTT sebelum dikonsumsi melalui proses pengolahan terlebih dahulu seperti penjemuran, penumbukan, penyosohan, ataupun pemasakan/perebusan, hal-hal tersebut dapat menurunkan kadar tannin sampai pada batas toleransi yang dapat diterima tubuh, perlu diingat bahwa pada level tertentu tannin dapat berfungsi sebagai obat,,doakan semoga dalam waktu dekat saya bisa ke NTT,, kalau jerami shorgumnya digunakan untuk pakan ternak tidak?

  7. Lina

    benarkah kandungan vitamin C pada lamtoro tinggi? berarti apakah bisa dilakukan penelitian untuk manfaat lamtoro bagi kekebalan tubuh? terima kasih..^^

Leave a comment